Saturday, April 09, 2011

Survive




Seperti biasanya kalau ditinggal mudik selalu saja tanemanku gak kopen. Memang nggak banyak tapi lumayanlan buat seger-seger balkon.
Meskipun udah nitip ama si sam "kalau ada waktu tolong siram tananam " salah kali ya pesennya, harusnya "punya waktu apa nggak harus disempatkan nyiram tanaman".
Yah..akhirnya resiko harus ditanggung yg kasih pesanan, pesanan pun lewat dengan sukses.

Syukur..setelah 2mgg terkena sentuhan tanganku, taneman (ada)yg terselamatkan, bahkan ada yg bertambah subur, anggrek pun kembali berbunga.
Karena saking suburnya, sampai-sampai ada yg pot nya overload ama taneman baru.

Untuk kembali mempercantik dan menghidupkan kembali tanaman, akhirnya aku harus menguatkan hati (*halah) untuk memisahkan anakan tanaman dari induk nya, untuk memberi ruang kepada mereka, membiarkan mereka survive dengan cara tersendiri.

Seperti juga kita sebagai orang tua, bila saatnya tiba nanti kita harus berani dan ikhlas melepaskan anak-anak dari dekapan kita. Memberi mereka ruang tersendiri untuk menentukan jalan hidup mereka dengan caranya sendiri. Karena mereka lebih tahu akan apa yg mereka inginkan. Kita hanya mampu memberi mereka jalan sebagai pembuka dan doa untuk mengiringi langkah mereka.

Memang berat tapi itulah kehidupan....

9 comments:

Yusuf Alam Romadhon said...

itu lo pesennya.. "kalau ada waktu tolong siram tananam " salah kali ya pesennya, harusnya "punya waktu apa nggak harus disempatkan nyiram tanaman" menarik... bisa untuk contoh komunikasi..

Pinkina said...

yg paragraf terakhir, tumbennnnnnnn hihihihhihi

tas etnik said...

hahahahaha..... kayaknya tanaman lebih berarti daripada pasangan hidup ih kalau begini ceritanya. tapi saya bersyukur kepada agan yang masih perduli dengan penghijauan walaupun masih dalam lingkup kecil di rumah agan sendiri. selamat bertaman deh, gan.

Mandailing Natal said...

jiah kapan mudiknya mak cik, kok gak bilang bilang ya, kan mayan dapat se ekor udang di akuarium si papa :D

budi maryono said...

setuju sama Pinkina: paragraf terakhir itu, tumbeeeeennnn... habis mudik kok jadi bijak? ketemu sapa to? wkwkwkwk

Heru Purwanto said...

Ada apa dengan paragraf terakhir? hehehehehe
*ikut Nimbrung

endik said...

di rajang kanggo janganan wae budhe

Asti said...

Jadi ingat temanku yang selalu merawat bunga-bunga di kantor. Dia pernah berkata kalau memelihara bunga-bunga itu sama dengan mengasuh bayi!!!!

meichan said...

wakakakaka.....tulisanne....keren em. hm, sebagai pencinta tanaman(halah) aku juga pernah punya feeling kek gt..harus memisahkan induk sama anak karena pot overload, tapi emang hasilnya lebih bagus ya...tanaman lebih nggrimbuk n subur(menyenangkan betul saat kita bisa melihat nggrimbuknya tanaman igahan itu weh weh)
=)